Ketika anak memiliki alergi, sebagai orang tua tentunya Anda khawatir terhadap segala sesuatu yang dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh si Kecil, baik itu makanan, obat-obatan, hingga vaksin. Jika alergi anak kambuh, tentu akan sangat mengganggu aktivitasnya. Di sisi lain, vaksinasi itu sendiri sangat penting bagi anak-anak agar tak terkena penyakit berbahaya pada kemudian hari.
Alergi dan Vaksinasi pada Anak
Menurut dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter, sebetulnya reaksi alergi yang disebabkan oleh vaksinasi sangatlah jarang. Bahkan, jumlahnya hanya 1 atau 2 kasus per 1 juta vaksinasi. Namun, ketika hal tersebut terjadi, umumnya gejala yang ditimbulkan cukup serius.
“Gejala yang muncul mulai dari biduran, bengkak pada mata dan bibir, asma, batuk-batuk, muntah, diare, hingga syok anafilaksis,” jelas dr. Karin.
Ia juga mengatakan, anak-anak yang memiliki alergi wajib waspada terhadap pemberian vaksinasi berikut ini karena kandungannya dapat memicu gejala yang tidak diinginkan.
- Vaksinasi hepatitis A, kanker rahim, dan rotavirus = berisiko untuk anak yang alergi terhadap lateks.
- Vaksinasi hepatitis B dan kanker rahim = berisiko untuk anak yang alergi terhadap ragi.
- Vaksinasi MMR untuk gondongan, campak, rubela, polio, dan cacar air = mengandung antibiotik neomisin (jenis antibiotik untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri).
Berdasarkan berbagai penelitian, anak-anak dengan alergi berat saja yang mesti ekstra hati-hati sebelum divaksin. Tapi agar lebih aman, sebaiknya sampaikan kepada dokter mengenai alergi yang dimiliki si Kecil sebelum menerima vaksinasi. Supaya, si Kecil dapat tetap menerima manfaat dari vaksinasi tanpa harus ada kekambuhan alergi.
Vaksinasi untuk Orang dengan Alergi Telur
Menurut berbagai lembaga kesehatan, alergi telur tidak menjadi halangan bagi anak-anak untuk mendapatkan vaksinasi yang mengandung telur, salah satunya influenza. Kandungan telur dalam vaksin influenza sangatlah kecil, yakni kurang dari 1 mikrogram/ml, sehingga tidak akan menimbulkan reaksi alergi, bahkan pada anak yang alergi berat terhadap telur.
“Meski begitu, tetap dianjurkan agar anak dengan alergi berat mendapatkan vaksinasi di rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap. Karena jika tiba-tiba anak tersebut mengalami gejala, ia dapat ditangani secara cepat dan tepat oleh ahlinya,” dr. Karin menjelaskan.
Dilansir Verywell Health, sama seperti vaksinasi influenza, vaksinasi MMR, yellow fever (demam kuning), dan rabies juga mengandung protein telur karena dikultur pada embrio ayam. Namun, ada pula vaksinasi rabies dan flu yang tidak mengandung protein telur sama sekali sehingga bagi penderita alergi telur, opsi tersebut tentulah lebih aman. Sayangnya, untuk vaksinasi MMR dan demam kuning, belum ada opsi vaksin lain yang tidak mengandung protein telur.
Tapi sekali lagi, penderita alergi tetap boleh mendapatkan vaksin demi pencegahan penyakit berbahaya. Seperti yang sudah dikatakan tadi, kandungan telur dalam vaksin hanya sedikit sekali dan seharusnya itu tidak memberikan reaksi negatif yang berarti. Lagi pula, selama itu diberikan oleh ahlinya dan di tempat yang memadai, pasti reaksi alergi dapat teratasi dengan baik.
Bagi anak dengan alergi berat, sebaiknya orang tua tidak langsung memutuskan untuk tidak menerima vaksinasi sama sekali. Diskusikanlah dulu bersama dokter agar buah hati tetap bisa mendapatkan alternatif pencegahan penyakit yang terbaik.
[RS/ RVS]