Pengertian Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu tipe anemia yang cukup sering terjadi. Seperti namanya, anemia defisiensi besi dapat terjadi akibat dari kekurangan zat besi di dalam tubuh.
Tanpa zat besi dalam jumlah yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi salah satu hal di dalam sel darah merah yang memungkinkannya untuk menghantarkan oksigen, yang disebut sebagai hemoglobin. Sebagai akibatnya, anemia defisiensi besi dapat membuat seseorang merasa lelah dan sesak napas.
Anemia defisiensi besi dapat dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Terkadang, pemeriksaan dan penanganan tambahan untuk anemia defisiensi besi dapat dibutuhkan, terutama bila dokter menduga terdapatnya perdarahan internal di dalam tubuh.
Artikel Lainnya: 8 Komplikasi Penyakit Anemia pada Orang Dewasa
Penyebab Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi dapat terjadi apabila tubuh tidak mengandung zat besi dalam jumlah yang cukup untuk memproduksi hemoglobin.
Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang memberikan warna merah pada darah dan memungkinkan sel darah merah untuk menghantarkan darah yang teroksigenasi ke berbagai jaringan tubuh.
Pada orang yang tidak mengonsumsi zat besi dalam jumlah yang cukup atau mengalami kehilangan zat besi yang berlebih, tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin dalam jumlah yang cukup, dan anemia defisiensi besi dapat terjadi.
Beberapa penyebab dari anemia defisiensi besi dapat mencakup:
1. Kehilangan Darah
Darah mengandung zat besi di dalam sel darah merah. Oleh sebab itu, apabila seseorang mengalami kehilangan darah, zat besi juga akan berkurang.
Wanita yang mengalami menstruasi dengan pengeluaran darah berlebih dapat memiliki risiko terjadinya anemia defisiensi besi saat haid.
Kehilangan darah yang perlahan dan kronis, misalnya akibat dari ulkus peptikum, polip usus besar, atau kanker kolorektal, dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Perdarahan saluran cerna juga dapat terjadi akibat konsumsi obat-obatan jenis tertentu.
2. Kurangnya Zat Besi di dalam Tubuh
Tubuh mendapatkan zat besi secara reguler dari makanan yang dikonsumsi. Pada individu yang mengonsumsi zat besi dalam jumlah sedikit, dapat terjadi defisiensi zat besi seiring dengan berjalannya waktu.
Beberapa contoh makanan yang kaya zat besi adalah daging, telur, sayuran hijau, dan makanan yang difortifikasi dengan zat besi.
Untuk pertumbuhan dan perkembangan yang adekuat, anak juga membutuhkan zat besi dalam diet sehari-hari.
3. Ketidakmampuan untuk Menyerap Zat Besi
Zat besi dari makanan diserap ke aliran darah melalui usus halus. Adanya gangguan usus tertentu, seperti penyakit celiac, yang memengaruhi kemampuan usus dalam mengabsorpsi zat gizi dari makanan yang sudah dicerna, dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Apabila sebagian dari usus halus telah diangkat secara operatif, hal ini juga dapat memengaruhi kemampuan untuk mengabsorpsi zat besi dan zat gizi lainnya.
Tanpa suplementasi zat besi, anemia defisiensi besi dapat terjadi pada wanita hamil karena cadangan zat besi yang disimpan di dalam tubuh dibutuhkan untuk mengimbangi peningkatan volume darah serta menjadi sumber hemoglobin untuk janin yang berkembang.
Beberapa kelompok orang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia defisiensi besi, di antaranya:
- Karena wanita mengalami kehilangan darah saat menstruasi, wanita memiliki risiko untuk mengalami anemia defisiensi besi yang lebih tinggi dibandingkan pria.
- Anak-anak. Anak-anak, terutama dengan berat badan lahir yang rendah atau lahir prematur, atau yang tidak mendapatkan zat besi yang cukup dari ASI atau susu formula dapat berisiko untuk mengalami anemia defisiensi besi. Selain itu, anak juga membutuhkan zat besi yang lebih saat mengalami percepatan pertumbuhan.
- Orang yang tidak mengonsumsi daging dapat memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia defisiensi besi apabila tidak mengonsumsi makanan yang kaya zat besi dari sumber lainnya.
Gejala Anemia Defisiensi Besi
Pada tahap awal, tanda dan gejala dari anemia defisiensi besi dapat sangat ringan dan tidak tampak secara jelas. Namun, seiring dengan berkurangnya kadar zat besi, anemia dapat memburuk dan tanda dan gejala dapat lebih tampak.
Beberapa tanda dan gejala dari anemia defisiensi besi dapat mencakup:
- Rasa lelah yang berlebih
- Kelemahan
- Kulit tampak pucat
- Nyeri dada, denyut jantung yang cepat, atau sesak napas
- Nyeri kepala atau rasa pusing
- Tangan dan kaki teraba dingin
- Peradangan atau rasa nyeri pada lidah
- Kuku yang rapuh
- Rasa mengidam yang tidak umum terhadap benda yang tidak bernutrisi, seperti es batu dan sebagainya
- Nafsu makan yang tidak baik, terutama pada anak dengan anemia defisiensi besi
Artikel Lainnya: Berbagai Gejala Anemia yang Harus Diwaspadai
Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
Diagnosis dari anemia defisiensi besi dapat ditentukan berdasarkan wawancara medis yang mendetail, pemeriksaan fisik secara langsung, dan pemeriksaan penunjang tertentu.
Untuk menentukan diagnosis anemia defisiensi besi, dokter dapat menyarankan untuk dilakukan beberapa pemeriksaan berikut:
- Ukuran dan warna sel darah merah. Pada anemia defisiensi besi, sel darah merah berukuran lebih kecil dan berwarna lebih pucat dibandingkan sel darah merah normal.
- Hematokrit merupakan persentasi volume darah yang terbentuk oleh sel darah merah.
- Kadar hemoglobin yang di bawah rentang normal dapat menunjukkan terdapatnya anemia. Rentang normal hemoglobin dapat bergantung dari beberapa faktor, di antaranya usia dan jenis kelamin.
- Protein jenis ini dapat membantu penyimpanan zat besi di dalam tubuh, dan kadar ferritin yang rendah umumnya mengindikasikan jumlah cadangan zat besi yang rendah.
Apabila hasil pemeriksaan darah menunjukkan terdapatnya anemia defisiensi besi, dokter dapat merekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan tambahan guna mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada hal ini adalah:
- Endoskopi saluran cerna atas. Dokter dapat mengevaluasi terdapatnya perdarahan saluran cerna atas dengan melakukan endoskopi melalui mulut.
Pada prosedur ini, sebuah selang yang tipis dan disertai kamera dapat dimasukkan melalui tenggorok dan menuju ke lambung. Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat memvisualisasi esofagus dan lambung untuk melihat adanya sumber perdarahan.
- Untuk menyingkirkan kemungkinan sumber perdarahan dari usus, dokter dapat merekomendasikan untuk dilakukan kolonoskopi.
Pada pemeriksaan ini, dimasukkan selang yang tipis dan disertai kamera melalui rektum yang dipandu menuju usus besar. Kolonoskopi dapat membantu dokter untuk memvisualisasi sebagian atau keseluruhan dari usus besar dan rektum guna melihat adanya perdarahan internal.
- Wanita dapat menjalani ultrasonografi panggul untuk melihat adanya penyebab perdarahan menstruasi yang berlebih, seperti fibroid pada rahim.
Penanganan Anemia Defisiensi Besi
Untuk mengatasi anemia defisiensi besi, dokter dapat merekomendasikan untuk dilakukan beberapa penanganan berikut:
1. Suplementasi Zat Besi
Dokter dapat merekomendasikan konsumsi dari suplementasi zat besi, sesuai dosis yang dibutuhkan oleh pasien. Suplementasi zat besi juga tersedia dalam bentuk cair untuk anak-anak.
Untuk meningkatkan kemampuan penyerapan tablet suplementasi zat besi, dapat disarankan untuk mengonsumsi tablet zat besi pada saat perut kosong, atau mengonsumsinya disertai dengan makanan yang kaya vitamin C.
Suplementasi zat besi terkadang dapat menyebabkan konstipasi, oleh sebab itu dokter juga dapat mempertimbangkan pemberian pelunak feses. Selain itu, defisiensi zat besi membutuhkan waktu untuk membantu kadar zat besi kembali normal.
2. Menangani Penyebab yang Mendasari Defisiensi Besi
Apabila suplementasi zat besi tidak meningkatkan kadar zat besi di dalam darah, hal ini dapat mengindikasikan bahwa anemia terjadi akibat perdarahan atau gangguan penyerapan zat besi yang membutuhkan investigasi lebih lanjut.
Bergantung dari penyebabnya, beberapa jenis penanganan yang dapat dilakukan adalah pemberian pengobatan seperti kontrasepsi oral untuk meringankan darah menstruasi yang berlebih, pengobatan antibiotik dan pengobatan lainnya untuk menangani ulkus peptikum, atau pembedahan untuk mengangkat polip, tumor, atau fibroid yang mengalami perdarahan.
Apabila anemia defisiensi besi tergolong berat, dapat diberikan transfusi darah untuk mengganti hemoglobin dengan lebih cepat.
Artikel Lainnya: Makanan yang Wajib Dihindari Penderita Anemia
Pencegahan Anemia Defisiensi Besi
Risiko terjadinya anemia defisiensi besi dapat diminimalkan dengan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi.
Beberapa jenis makanan yang kaya zat besi adalah:
- Daging merah dan daging unggas
- Seafood
- Kacang-kacangan
- Sayuran hijau, sepeti bayam
- Buah-buahan, seperti kismis dan aprikot
- Sereal, roti, dan pasta yang difortifikasi dengan zat besi
- Kacang polong
Tubuh menyerap zat besi dalam jumlah yang lebih tinggi dari daging dibandingkan sumber-sumber lainnya. Pada individu yang tidak mengonsumsi daging, asupan makanan yang kaya zat besi dari sumber lainnya dapat ditingkatkan.
Selain itu, mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C dapat menunjang penyerapan zat besi oleh tubuh.
Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi jus sitrus atau mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C seperti jeruk, kiwi, brokoli, melon, stroberi, tomat, dan sebagainya pada saat yang bersamaan dengan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi.