Anemia
Dokter spesialis |
Dokter penyakit dalam spesialis hematologi |
Gejala |
Mudah lelah, lemas, pusing, mengantuk, sakit kepala, sesak napas, jantung berdebar, kulit tampak pucat |
Faktor risiko |
Wanita, usia tua (di atas 65 tahun), diet rendah vitamin tertentu, ada penyakit saluran cerna, riwayat keluarga, hamil, kondisi tertentu |
Cara diagnosis |
Wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan |
Pengobatan |
Suplementasi zat besi, perubahan diet, transfusi (tergantung jenisnya) |
Obat |
Suplementasi, seperti asam folat dan vitamin B12 |
Komplikasi |
Gangguan jantung, gangguan kehamilan, gangguan tumbuh kembang |
Kapan harus ke dokter? |
Mengalami gangguan jantung ,keterlambatan tumbuh kembang anak, mudah lelah, anemia akibat perdarahan, hamil |
Pengertian
Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari kondisi normal.
Padahal, sel darah merah bekerja mengantarkan oksigen ke berbagai jaringan yang terdapat di dalam tubuh. Mengalami anemia dapat membuat seseorang merasa lelah dan lemas.
Jenis
Terdapat beberapa jenis anemia, yaitu:
1. Anemia Mikrositik
Anemia mikrositik ditandai dengan volume sel darah merah yang lebih kecil dari ukuran normal (MCV <80 fl).
Contoh anemia mikrositik adalah anemia defisiensi besi, anemia akibat penyakit kronis thalassemia, atau keracunan timbal.
2. Anemia Normositik
Anemia normositik adalah jenis anemia yang ditandai dengan volume sel darah merah yang normal.
Contohnya, kondisi akibat gagal ginjal, multiple myeloma, anemia aplastik, atau anemia akibat penyakit kronis dengan ukuran sel darah merah yang normal (MCV 80-100 fl).
3. Anemia Makrositik
Anemia makrositik ditandai dengan ukuran sel darah merah yang lebih besar dari ukuran normal, yaitu MCV > 100 fl.
Contohnya, anemia akibat alkoholisme, penyakit liver, hipotiroid, myelodysplastic syndrome (MDS), serta anemia akibat obat-obatan seperti obat kemoterapi, antikonvulsan, dan beberapa jenis antimicrobial.
4. Anemia Hemolitik
Jenis anemia hemolitik dibagi menjadi dua, yaitu:
Hemolisis Ekstravaskular
Anemia hemolitik jenis ekstravaskular merupakan anemia yang disebabkan sel darah merah dikeluarkan secara prematur ke sirkulasi tubuh dari liver atau limpa.
Contoh dari anemia hemolitik ekstravaskuler adalah pada kasus hemoglobinopati (sickle cell anemia) dan enzimopati (defisiensi G6PD).
Hemolisis Intravascular
Anemia hemolitik intravaskuler merupakan penyakit anemia yang disebabkan oleh sel darah merah yang mengalami lisis di dalam sirkulasi tubuh.
Contohnya pada kasus reaksi transfusi, DIC (Disseminated Intravascular coagulation), kasus infeksi, dan akibat dari bisa ular.
Artikel Lainnya: Berbagai Gejala Anemia yang Harus Diwaspadai
Penyebab
Tubuh manusia memproduksi tiga tipe sel darah, yakni sel darah putih untuk melawan infeksi, trombosit untuk membantu pembekuan darah, dan sel darah merah untuk mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, sebuah protein kaya zat besi yang memberi warna merah pada darah.
Hemoglobin membuat sel darah merah mampu mengantarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh; serta, mengangkut karbon dioksida dari seluruh bagian tubuh ke paru-paru agar dapat dikeluarkan dari tubuh.
Nah, ketika tubuh tidak memiliki sel darah merah dalam jumlah yang cukup, terjadilah anemia.
Hal tersebut ini dapat terjadi pada kondisi:
- Perdarahan
- Malnutrisi
- Obat-obatan
- Infeksi
- Kelainan bawaan
- Keracunan
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit anemia, di antaranya adalah:
1. Wanita
Secara umum, wanita yang belum menopause memiliki risiko anemia defisiensi besi yang lebih tinggi dibandingkan pria dan wanita pasca-menopause.
Hal ini karena menstruasi dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
2. Usia Tua
Seseorang di atas usia 65 tahun lebih berisiko terkena anemia.
3. Diet yang Rendah Vitamin Tertentu
Mengonsumsi diet yang secara konsisten mengandung zat besi, vitamin B12, atau asam folat yang rendah dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia.
4. Penyakit Saluran Cerna
Memiliki penyakit saluran cerna tertentu yang memengaruhi penyerapan dari zat gizi di usus dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia.
5. Riwayat Keluarga dengan Kelainan Sel Darah Merah
Seseorang dengan anggota keluarga yang memiliki riwayat anemia yang diturunkan, seperti anemia sel sabit, dapat memiliki peningkatan risiko terjadinya kondisi serupa.
6. Wanita Hamil
Ibu hamil yang tidak mengonsumsi asam folat dapat memiliki peningkatan risiko terjadinya anemia.
7. Kondisi Kronis Tertentu
Seseorang dengan kanker, penyakit ginjal kronis, atau penyakit kronis lainnya dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami anemia penyakit kronis.
Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kekurangan sel darah merah. Perlahan-lahan, perdarahan kronis di dalam tubuh dapat menghabiskan cadangan zat besi di dalam tubuh, yang kemudian menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi.
8. Faktor Lain
Riwayat infeksi tertentu, penyakit darah, penyakit autoimun, alkoholisme, paparan terhadap bahan kimia beracun, dan penggunaan obat-obatan tertentu dapat memengaruhi produksi sel darah merah dan menyebabkan terjadinya anemia.
Gejala
Ada beberapa gejala anemia yang khas, yaitu:
- Mudah Lelah
- Lemas
- Pusing
- Mengantuk
- Sakit kepala
- Sesak napas
- Berdebar-debar
- Kulit tampak pucat
Pada awalnya, gejala penyakit anemia dapat sangat ringan dan tidak menunjukkan tanda atau gejala. Namun, seiring bertambahnya derajat keparahan dari anemia, tanda dan gejala akan makin tampak.
Artikel Lainnya: Mungkinkah Komplikasi Anemia Sebabkan Kematian?
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia, dokter akan melakukan wawancara medis. Misalnya, dokter akan bertanya seputar kondisi-kondisi terkait yang berhubungan dengan penyebab anemia.
Selanjutnya, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti memeriksa tanda-tanda anemia. Antara lain, peningkatan denyut nadi, tanda anemis pada konjungtiva, dll.
Pemeriksaan tambahan juga dapat disarankan, seperti pemeriksaan bentuk sel darah merah di bawah mikroskop (apusan darah tepi). Hal ini dapat menentukan jenis anemia yang dialami pasien.
Pengobatan
Seseorang dengan gejala anemia dapat berkonsultasi dengan dokter umum. Apabila diperlukan, kamu dapat dirujuk ke dokter penyakit dalam (internis) spesialis hematologi, atau disebut juga hematolog.
Seorang hematolog fokus pada ilmu terkait komponen-komponen darah serta permasalahannya. Ada beberapa pengobatan anemia yang biasanya disarankan dokter, sesuai jenisnya. Berikut penjelasannya.
1. Anemia Defisiensi Besi
Penanganan pada anemia jenis ini umumnya mencakup konsumsi suplementasi zat besi dan perubahan diet.
Apabila penyebab dari anemia defisiensi besi yang terjadi adalah kehilangan darah, selain akibat menstruasi, sumber perdarahan harus diinvestigasi lebih lanjut dan dihentikan.
2. Anemia Defisiensi Vitamin Tertentu
Penanganan untuk defisiensi asam folat dan vitamin B12 mencakup suplementasi gizi dan menambah asupan nutrisi tersebut di dalam diet sehari-hari.
3. Anemia akibat Penyakit Kronis
Pada anemia jenis ini, penanganan difokuskan terhadap kondisi yang mendasarinya.
Apabila terjadi perburukan gejala, transfusi darah atau injeksi eritropoetin (hormon yang diproduksi oleh ginjal) sintetik dapat membantu menstimulasi produksi sel darah merah dan mengurangi rasa lelah.
4. Anemia Aplastik
Penanganan anemia jenis ini dapat mencakup transfusi darah untuk meningkatkan kadar sel darah merah.
Apabila sumsum tulang mengalami gangguan dan tidak dapat memproduksi sel darah yang sehat, dapat dibutuhkan transplantasi sumsum tulang.
5. Anemia Terkait Penyakit Sumsum Tulang
Penanganan untuk sekelompok kondisi tersebut dapat mencakup pengobatan, kemoterapi, atau transplantasi sumsum tulang.
6. Anemia Hemolitik
Menangani anemia hemolitik dapat dilakukan dengan beberapa cara, termasuk menghindari konsumsi dari pengobatan yang dicurigai menyebabkan kondisi tersebut, menangani infeksi yang terkait, dan mengonsumsi pengobatan yang dibutuhkan.
7. Anemia Sel Sabit
Penanganan anemia sel sabit dapat mencakup pemberian oksigen, pengobatan anti-nyeri, serta cairan oral dan intravena, untuk mengurangi nyeri dan mencegah komplikasi.
Dokter juga dapat merekomendasikan untuk dilakukan transfusi darah, suplementasi asam folat, dan pemberian antibiotik apabila dinilai dibutuhkan.
Artikel Lainnya: Fakta Seputar Anemia Sel Sabit yang Wajib Diketahui
Pencegahan
Berikut beberapa cara mencegah anemia yang direkomendasikan:
- Mengonsumsi diet yang bernutrisi dan kaya akan vitamin dan mineral khususnya besi dan asam folat
- Konseling genetik terkait apakah adanya penyakit kelainan sel darah merah pada keluarga
- Melakukan pemeriksaan kesehatan (medical checkup) setidaknya 1 tahun sekali
Komplikasi
Anemia yang tidak ditangani, dapat memicu sejumlah komplikasi, seperti:
1. Gangguan Jantung
Anemia yang tidak diatasi, dalam jangka panjang dapat menyebabkan beberapa gangguan jantung, seperti aritmia, angina pektoris, dan gagal jantung.
2. Gangguan Kehamilan
Ibu hamil dengan anemia yang tidak diatasi, dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan yang rendah.
Hal ini akibat bayi kekurangan nutrisi yang dibawa melalui sel darah merah.
3. Gangguan Tumbuh Kembang
Sel darah merah membawa nutrisi penting untuk tumbuh kembang anak.
Jika kondisi anemia pada anak tidak diatasi, dapat terjadi gangguan perkembangan kognitif, mental, dan keterlambatan pertumbuhan.
Kapan Harus ke Dokter?
Anemia tidak boleh dianggap sepele. Segera konsultasi ke dokter apabila ditemukan gejala:
- Mengalami gangguan jantung
- Keterlambatan tumbuh kembang anak
- Mudah lelah
- Anemia akibat perdarahan
- Hamil
Kini, kamu sudah tahu apa itu anemia. Jadi, jangan tunggu sakit. #JagaSehatmu dari sekarang. Kamu bisa berkonsultasi langsung dengan dokter melalui Layanan Tanya Dokter dan Temu Dokter. Kamu juga bisa booking layanan kesehatan melalui fitur Layanan Medis & Lab di aplikasi KlikDokter.
[HNS/NM]
- Turner J, Parsi M, Badireddy M. Anemia. [Updated 2022 Jan 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499994/
- Adebisi OY, Strayhorn G. Anemia in pregnancy and race in the United States: blacks at risk. Fam Med. 2005 Oct. 37(9):655-62.
- Borgna-Pignatti C, Rugolotto S, De Stefano P, et al. Survival and complications in patients with thalassemia major treated with transfusion and deferoxamine. Haematologica. 2004 Oct. 89(10):1187-93
- WHO. Anemia
- Mayo Clinic. Anemia